Habib Muhammad bin Husein bin Ba'abud
Kala itu, pada tanggal 9 Dzulhijjah 1327 H telah terlahir seorang keturunan Rasulullah Saw di Malang, Surabaya. Beliau tidak lain adalah Habib Muhammad bin Husein bin Ba'abut. Beliau terlahir dari seorang ibu yang bernama Syarifah Ni'mah Dan ayahnya bernama Habib Husein.
Diceritakan bahwa saat ibu beliau akan melahirkan, sang ibu mengalami kesukaran hingga akhirnya pingsan. Sang suami (Habib Huaein) kemudian mendatangi rumah Habib Abu Bakar bin Umar bin ahya, lalu Habib Husein diberi air untuk diminumkan kepada istrinya.
Usai meminum air tersebut, istrinya dapat melahirkan dengan selamat, ketika itu Habib Abu Bakar berpesan agar Habib Husein melaksanakan aqiqah dengan 2 ekor kambing, selanjutnya beliau berpesan agar tidak mengundang siapapun melainkan keluarga sang istri yakni syarifah Ni'mah. Habib Husein pun melaksanakan walimah tersebut untuk anaknya tercinta yakni Habib Muhammad.
Habib Muhammad diberikan pendidikan dengan menuntut ilmu di madrasah Al-Mu'alim Abdullah Al-Maskati Al-Kabi. Usai tamat di madrasah tersebut, beliau masuk di Madrasah Al-Khairiyah yang berada dikawasan Ampel.
Habib Muhammad sangat bersemangat dalam menuntut ilmu, terlebih lagi beliau mendapat perhatian besar dari gurunya yakni Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdhar, beliau merasakan berkah dari pandangan dan do'a-do'a Habib Muhdhar di dalam majlis. beliau mendapatkan banyak ilmu dan berkah dari menuntut ilmu, semua itu karena kasih sayang Habib Muhdhar dan do'a-do'a yang terkhusus untuk beliau.
Oleh karena kepintaran beliau, Habib Muhammad sering menggantikan gurunya dalam mengajar, sampai akhirnya beliau lulus menerima ijazah dari gurunya dengan peringkat pertama. Melihat prestasi yang menonjol tersebut, beliau diangkat menjadi guru di Madrasah Al-Khairiyah.
Tanggal 25 September Habib Muhammad menikah dengan Syarifah Aisyah binti Sayyid Husein bin Muhammad Bilfaqih, kemudian dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai 6 orang putri dan 8 orang putra.
Pada tanggal 5 Agustus 1940 beliau meresmikan pondok pesantren Darul Nayilien yang dihadiri para ulama, akan tetapi pada saat itu pesantren nya beroperasi dengan tidak baik karena adanya penjajah Jepang yang tidak suka dengan pendidikan agama yang mengharuskan mereka sekeluarga berpindah-pindah tempat.
Sejak tanggal 1 April 1951 barulah Habib Muhammad sekeluarga kembali ke jalan Pandowo hingga akhir hayat beliau, tepatnya di rumah Nomor 20 yang di belakangnya terdapat pondok pesantren dan kamar-kamar santri,
mushola Baitur Rohman dan ruangan kelas yang baik, bahkan beliau mempercayakan anak sulung beliau yakni Habib Ali bin Muhammad sebagai panitia pembangunan sekaligus arsitektur pesantren tersebut.
mushola Baitur Rohman dan ruangan kelas yang baik, bahkan beliau mempercayakan anak sulung beliau yakni Habib Ali bin Muhammad sebagai panitia pembangunan sekaligus arsitektur pesantren tersebut.
Tanggal 9 juni 1993 Habib Muhammad wafat dan jenazahnya di semayamkan di pemakaman Bambangan, Lawann. Tepat disamping makam ayah dan kakeknya.
🍂🍂🍂🍂
Semoga kisah-kisah para orang-orang shalih ini menjadikan motivasi untuk kita dalam belajar dan berdakwah.
Semoga kisah-kisah para orang-orang shalih ini menjadikan motivasi untuk kita dalam belajar dan berdakwah.
والله اعلم
Referensi
📖 Buku : *Para Habaib Terkemuka Indonesia*
🖊 Penulis : *Nur Solikhin*
Referensi
📖 Buku : *Para Habaib Terkemuka Indonesia*
🖊 Penulis : *Nur Solikhin*